Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Membenahi yang berantakan

Seringkali, barangkali, mungkin; tubuhku pernah hancur lebur sebab perkataan seseorang yang menyakiti, setelah ku ingat ternyata aku pernah merawat luka-luka yang menghancurkan banyak dunia dalam isi kepalaku. Yang pada akhirnya harus ku benahi dengan perlahan, hingga menjadi seperti sedia kala. Ku pikir akan indah jika diperbaiki dengan teliti dan hati-hati, tapi ternyata tidak. Aku memang sembuh dari sakitnya tapi tidak dengan bentuk lukanya. Ia tetap hancur meski telah coba dibenahi, tetap usang meski telah disayangi. Aku memahami banyak hal setelah itu, mulai mencintai diri sendiri dengan tidak lagi mendengarkan perkataan-perkataan buruk dari orang lain, tetap meluaskan maaf untuk mereka yang menyakiti, memaafkan diri sendiri dan mencintai diri sendiri dengan lebih baik. Aku yang telah kehilangan diriku, sekarang sudah kembali dengan versi terbaiknya, sudah sembuh dengan penuh ikhlasnya, sudah tumbuh kembali dengan semangatnya, dan sudah bahagia dengan rasa cukupnya.

Menanak nasi dan minum teh hangat di halaman rumah-

Saat usia mulai meranjak tua, saat rambut kian memutih, saat kulit kian mengeriput. Aku ada, disampingmu. Bersama merawat bunga-bunga di halaman, menanak nasi untuk dimakan sepiring berdua, meminum teh hangat saat senja tiba. Kita habiskan sisa waktu, saling memeluk dengan sisa tenaga, kamu dan aku berdampingan, selalu. Semoga denganmu, riuh syukur tetap terucap, meski dengan banyaknya sederhana yang dimiliki. Mencukupkan banyak hal dengan mencintaimu, hidup bahagia dengan penuh kasih. Jika halaman itu luasnya sepetak, percayalah jauh dari itu perasaan kita lebih luas dan tak berdiameter.

//

Di antara banyak hal yang hadir dalam hidupku; ternyata peranmu cukup penting, pernah membersamai aku. Hingga tanpa ku sadari, kamu benar-benar begitu penting, sebab di lubuk perasaan yang begitu dalam ternyata kamu masih hidup disana sebagai seseorang yang kucintai. Aku pernah menepis akan hal itu, tapi tetap saja yang ku cari-cari hingga pagi buta tetap hanya kamu. Di setiap pecahan udara, ia bukan hadir sekedar memberi rasa dingin tapi juga rindu-rindu yang syahdu. Sudah lama kamu hilang dari genggaman, tapi ingatan segala hal tentangmu masih membersamaiku dengan baik. Pernahkah kamu mencariku? Padamu, sudah ku titipkan banyak harap, banyak rasa serta banyak penerimaan. Aku? Selalu mencarimu, meski berlembar-lembar ragu mengutuk hari-hariku. Mungkin kamu tak tahu, bagaimana nelangsanya hidupku tanpamu. Setiap mengingatmu adalah, lembar-lembar harap yang tak kunjung tercapai. Bagiku, kamu adalah tempat pulang terindah sebagai rumah yang membuatku tak ingin pindah. Meski, bag...