Membenahi yang berantakan
Seringkali, barangkali, mungkin; tubuhku pernah hancur lebur sebab perkataan seseorang yang menyakiti, setelah ku ingat ternyata aku pernah merawat luka-luka yang menghancurkan banyak dunia dalam isi kepalaku. Yang pada akhirnya harus ku benahi dengan perlahan, hingga menjadi seperti sedia kala. Ku pikir akan indah jika diperbaiki dengan teliti dan hati-hati, tapi ternyata tidak. Aku memang sembuh dari sakitnya tapi tidak dengan bentuk lukanya. Ia tetap hancur meski telah coba dibenahi, tetap usang meski telah disayangi. Aku memahami banyak hal setelah itu, mulai mencintai diri sendiri dengan tidak lagi mendengarkan perkataan-perkataan buruk dari orang lain, tetap meluaskan maaf untuk mereka yang menyakiti, memaafkan diri sendiri dan mencintai diri sendiri dengan lebih baik. Aku yang telah kehilangan diriku, sekarang sudah kembali dengan versi terbaiknya, sudah sembuh dengan penuh ikhlasnya, sudah tumbuh kembali dengan semangatnya, dan sudah bahagia dengan rasa cukupnya.