Februari beserta laranya
Kita adalah kisah singkat yang berakhir menjadi lara, pada akhir kisah kita hanya berupa kepingan luka tak bersisa.
Waktu memang yang paling berkuasa atas segala arah langkah kita, bukankah memang waktu tak pernah salah dalam mempertemukan dan memisahkan?
Aku masih percaya bukan perasaan ini yang salah, aku pernah mencintaimu dan itu benar adanya. Tidak pernah ku prediksikan bahwa kita akan menyudahi semuanya. Barangkali sejak awal aku tahu bahwa kita tidak akan bisa bersama, maka aku tidak akan mengenalmu. Tapi waktu sudah memberikan bentuk takdir terbaik. Ini sudah jalannya.
Aku pernah diberi kesempatan untuk mendalamimu, pernah diberi kesempatan untuk tertawa bersamamu, dan pernah diberi kesempatan untuk kau lukai.
Semesta selalu punya cara untuk membuat patah hati itu nyata, dan aku telah memahami segalanya bahwa yang telah terjadi adalah sebuah pelajaran beharga yang takkan dan tidak mau ku ulang. Mengenalmu adalah perjalanan paling melukai dan melupakanmu adalah perjalanan mengobati.
Walau sebenarnya aku tak ingin pernah itu terjadi, tapi perpisahan dan merelakan telah ku putuskan untuk menjadi satu-satunya alasan agar aku tetap mampu hidup.
Sekarang, aku tak lagi harus memperjuangkan apapun selain memerdekakan diri serta hati yang telah kau jajah mati-matian.
Terimakasih atas kasih yang pernah kau berikan padaku.
Terimakasih atas segala abainya janji yang telah kau ikrarkan padaku.
Februariku telah berantakan, dan aku babak belur, tapi aku tetap bertahan.
Komentar
Posting Komentar